Minggu, 01 April 2012

Tugas 1


PENGERTIAN ILMU ALAM DASAR 



Ilmu alamiah atau sering disebut ilmu pengetahuan alam (natural science) merupakan pengetahuan yang mengkaji tentang gejala-gejala dalam alam semesta, termasuk di muka bumi ini, sehingga terbentuk konsep dan prinsip. IAD hanya mengkaji konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar yang esensial saja. dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku kapan pun dimana pun


http://aiiazzsecret.blog.com/2010/12/13/pengertian-ilmu-alamiah-dasar-dan-bagian-bagiannya/
http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_alam

PERKEMBANGAN ALAM PIKIRAN MANUSIA 






Manusia mahluk yang dikaruniai volume otak yang besar sebagai mahluk pembelajar selalu berusaha beradaptasi dengan lingkungannya, dalam setiap kegiatannya selalu :

·         berikir logis
·         berpikir analitis
·         berpikir kritis
Sehingga tujuan positif yang ingin dicapai adalah kehidupan dimasa depannya lebih baik.
Manusia sebagai HOMO SAPIENS
Manusia sebagai HOMO FABER
Manusia sebagai HOMO LANGUENS
Manusia sebagai HOMO SOCIUS
Manusia sebagai HOMO ECCONOMICUS
Manusia sebagai HOMO RELIGIUS
Manusia sebagai HOMO HUMANUS dan HOMO AESTETICUS
·           Homo SAPIENS adalah mahluk yang berpikir sehingga merupakan mahluk yang cerdas dan bijaksana.      Dengan daya pikirnya manusia dapat berpikir apakah yang sebaiknya dilakukan pada masa sekarang atau masa yang akan datang berdasar kan pertimbangan masa lalu yang merupakan pengalaman. Pemikiran yang sifatnya abstrak merupakan salah satu wujud budaya manusia yang kemudian diikuti wujud budaya lain, berupa tindakan atau perilaku, ataupun kemampuan mengerjakan suatu tindakan.
·           Homo Faber : artinya manusia dapat membuat alat-alat dan mempergunakannya atau disebut sebagai manusia kerja dengan salah satu tindakan atau wujud budayanya berupa barang buatan manusia (artifact). Manusia menciptakan alat-alat karena menyadari kemampuan inderanya terbatas, sehingga diupayakan membuat peralatan sebagai sarana pembantu untuk mencapai tujuan         Misalnya, karena indera matanya tidak mampu melihat angkasa luar atau mahluk kecil-kecil maka diciptakan teropong bintang dan mikroskop, karena terbatasnya kekuatan fisik maka diciptakannya roda sebagai sarana utama keretauntuk mengangkut barang-barang berat.
·           Manusia sebagai HOMO SOCIUS artinya manusia dapat hidup bermasyarakat, bukan bergerombol seperti binatang yang hanya mengenal hukum rimba, yaitu yang kuat yang berkuasaManusia bermasyarakat diatur dengan tata tertib demi kepentingan bersama. Dalam masyarakat manusia terjadi tindakan tolong-menolongDengan tindakan itu, walaupun fisiknya relatif lemah, tetapi dengan kemampuan nalar yang panjang tujuan-tujuan bermasyarakat dapat dicapai.
·           Manusia sebagai HOMO ECCONOMICUS artinya manusia dapat mangadakan usaha atas dasar perhitungan ekonomi (homo economicus). Salah satu prinsip dalam hukum ekonomi adalah, bahwa semua kegiatan harus atas dasar untung-rugi, untung apabila input lebih besar daripada output, rugi sebaliknya.   Dalam tingkat sederhana manusia mencukupi kebutuhannya sendiri, kemudian atas dasar jasa maka dikembangkan sistem pasar sehingga hasil produksinya dijual di pasaran.       Makin luas pemasaran barang makin banyak diperoleh keuntungan. Salah satu usaha meningkatkan produktivitas kerja dapat dijalankan dengan mempergunakan teknologi modern sehingga dapat ditingkatkan produktivitas kerja manusia.
·           Manusia sebagai HOMO RELIGIUS artinya manusia menyadari adanya kekauatan ghaib yang memiliki kemampuan lebih hebat daripada kemampuan manusia, sehingga menjadikan manusia berkepercayaan atau beragama. Dalam tahap awal lahir animisme, dinamisme, dan totenisme yang sekarang dikategorikan sebagai kepercayaan, kadang-kadang dikatakan sebagai agama alami. Kemanusian lahirlah kepercayaan yang disebut sebagai agama samawi yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, percaya kepada nabiNya, dan kitab suciNya yang dipergunakan sebagai pedoman.
·           Manusia sebagai HOMO HUMANUS dan HOMO AESTETICUS artinya manusia berbudaya, sedangkan homo aesteticus artinya manusia yang tahu akan keindahanDari perbedaan-perbedaan yang sedemikian banyak makin nyata bahwa manusia memang memilki sifat-sifat yang unik yang jauh berbeda dari pada hewan apalagi tumbuhan. Sehingga manusia tidak dapat disamakan dengan binatang atau tumbuhan.
Menurut  A. Comte dlm sejarah perkem-bangan manusia itu ada 3 tahap yaitu:
  1. Tahap teologi atau tahap metafisika, dengan menyusun mitos.
  1. Tahap filsafat, terdapat dua aliran pemikiran/filsafat dalam perolehan pengetahuan, ialah rasionalisme dan empirisme.
3.  Tahap positif atau tahap ilmu
•        Mitos, menurut C.A. Peursen, adalah suatu cerita yang memberikan pedoman atau arah tertentu pada sekelompok orang.          Cerita itu dapat ditularkan, dapat pula diungkapkan lewat tari-tarian, pementasan wayang dll.Inti cerita adalah lambang-lambang yang mencetuskan pengalaman manusia juga lambanh kejahatan & kebaikan, hidup & kematian, dosa & penyucian, perkawinan & kesuburan, Firdaus & akhirat.
Manusia belum mampu memandang obyek atau realita dengan inderanya, sehingga manusia dan alam lebur menjadi satu.
Tujuan manusia menciptakan MITOS, karena pada saat itu penduduk masih dalam tingkat mistis peradabannya. Mereka percaya akan adanya kekuatan-kekuatan gaib yang melebihi kekuatan manusia biasa. Dalam zaman demikianlah, mitos dipercayai kebenarannya karena beberapa faktor:
•      PERTAMA, karena keterbatsan pengetahuan manusia
•      KEDUA, karena keterbatsan penalaran manusia
•      KETIGA, karena keingintahuan manusia untuk sementara telah terpenuhi. Telah dikemukakan bahwa kebenaran memang harus dapat diterima oleh akal, tetapi sebagian lagi dapat diterima secara intuisi, yaitu penerimaan atas dasar kata hati tentang sesuatu itu benar.
            Kata hati yang irasional dalam kehidupan masyarakat awam sudah dapat diterima sebagai suatu kebenaran (pseudo science), kebenaran dan hasaratnya ingin tahu sudah terpenuhi,paling tidak untuk sementara waktu.
Penalaran Deduktif (Rasionalisme) adalah cara berfikir yang bertolak dari pernyataan yang bersifat umum untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Penarikan kesimpulan secara deduktif ini menggunakan pola berfikir yang disebut silogisme. Silogisme itu terdiri atas 2 buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Kedua pernyataan itu disebut premis mayor dan premis minor. Kesimpulan atau konklusi diperoleh dengan penelaran deduktif dari kedua premis tersebut.
Contoh:
            Semua makhluk bernafas       (premis mayor)
            Si Ali adala seorang makhluk (premis minor)
            Jadi, si Ali juga bernafas         (kesimpulan)
Kesimpulan yang diambil ini hanya benar, bila kedua premis yang digunakan benar dan cara menarik kesimpulannya juga benar. Jika salah satu dari ketiga salah, maka kesimpulan yang diambil juga tdak benar.
Penalaran Induktif (Empirisme)  adalah cara berfikir dengan menarik kesimpulan umum dari pengamatan atas gejala-gejala yang bersifat khusus
Contoh:
Logam besi jika dipanaskan bertambah panjang
Alumunium jika dipanaskan bertambah panjang
Tembaga jika dipanaskan bertambah panjang
Kesimpulannya semua logam jika dipanaskan akan bertambah panjang.
3.  Tahap positif atau tahap ilmu
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang diperoleh hanya dengan penalaran deduktif tidak dapat diandalkan karena bersifat abstrak dan lepas dari pengalaman.
Demikian juga pengetahuan yang diperoleh hanya dari penalaran induktif juga tidak dapat diandalkan karena kelemahan panca indera. Karena itu himpunan pengetahuan yang diperoleh belum dapat disebut ilmu pengetahuan.
Agar supaya himpunan pengetahuan itu dapat disebut ilmu pengetahuan, harus digunakan perpaduan antara rasionalisme dan empirisme, yang dikenal sebagai metode keilmuan atau pendekatan ilmiah.
Secara lengkap dapat dikatakan bahwa suatu himpunan pengetahuan dapat disebut IPA bilamana memenuhi persyaratan berikut: obyeknya pengalaman manusia yang berupa gejala-gejala alam, yang dikumpulkan melalui metode keilmuan serta mempunyai manfaat untuk kesejahteraan manusia.

MITOS PENALARAN DAN CARA MEMPEROLEH PENGETAHUAN
PERBEDAAN ANTARA MITOS,LEGENDA DAN CERITA RAKYAT



MITOS

Sebuah imajinasi dari manusia yang berusaha untuk menerangka gejala alam yang ada pada saat itu. Namun, disebakan oleh keterbatsan manusia dalam menjelaskan hal tersebut sehingga cenderung diidentikkan dengan seorang dewa/dewi. tokoh misteri serta sesuatu yang berbau mistis. salah satu contoh yakni pelangi yang dianggap sebagai jalan bidadari untuk dapat turun ke bumi.

LEGENDALegenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang empunya cerita sebagai suatu yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu, legenda seringkali dipandang sebagai ”sejarah” kolektif (folkstory).

Walaupun demikian, karena tidak tertulis maka kisah tersebut telah mengalami distorsi sehingga seringkali jauh berbeda dengan kisah aslinya. Oleh karena itu, jika legenda hendak dipergunakan sebagai bahan untuk merekonstruksi sejarah maka legenda harus bersih dari unsur-unsur yang mengandung sifat-sifat folklor.
CERITA RAKYAT

Cerita Rakyat adalah suatu bagian dari sastra lisan yang pernah hidup dan menjadi milik masyarakat, diwariskan secara turun temurun yaitu dari satu generasi ke generasi berikutnya. Cerita rakyat adalah suatu warisan dari leluhur bangsa yang mengandung bermacam-macam pesan. Cerita rakyat adalah sebagian dari kebudayaan yang memiliki gagasan dan penuh makna. 


Bagaimana cara manusia memperoleh pengetahuan?
Tahap pertama dicapai melalui konseptualisasi. Benda nyata seperti piring atau sendok perlu dikonseptualisasi melalui proses mental. Pengalaman atas piring dan sendok diabstraksi dan kemudian disatukan menjadi pengalaman mental yang tersimpan dalam otak.

Proses ini terjadi berulang tiap manusia mendapatkan pengetahuan baru. Kemampuan konseptualisasi tidak akan sama antara satu orang dengan yang lain. Pengetahuan akan piring dan sendok relatif mudah dipahami karena keduanya merupakan perkakas sederhana, nyata, bisa dilihat maupun diraba.

Namun jenis pengetahuan yang melibatkan struktur yang rumit serta abstak akan membutuhkan usaha dan mungkin juga kemampuan lebih untuk memahaminya. Kabar baiknya, layaknya pengetahuan itu sendiri, kemampuan konseptualisasi juga bisa dilatih dan dikembangkan.

Lantas apakah semua proses ini akan mengantarkan pada pengetahuan yang benar?

Jawabnya belum tentu. Sangat mungkin manusia mengalami kesalahan. Seorang astronom bisa saja salah mengartikan gelombang radio yang terdeteksi dari luar angkasa sebagai sinyal dari makhluk asing, padahal itu hanya pulsar yang dipancarkan oleh kumpulan bintang.

Agar kesalahan bisa diminimalkan diperlukan verifikasi. Verifikasi mesti menunjukkan hasil yang konsisten dari waktu ke waktu. Jika hari ini hasilnya merah dan sebulan kemudian tetap merah, tingkat kepercayaan atas pengetahuan ini akan semakin tinggi.

Begitulah siklus utama manusia dalam memperoleh pengetahuan, konseptualisasi yang mesti diiringi dengan verifikasi. Namun ada satu faktor lagi yang juga berpengaruh, meski ini tidak terkait langsung dengan proses mental, yaitu metode dalam meraih pengetahuan itu sendiri.

Mengambil contoh di dunia sains, saat ini dikenal apa yang disebut sebagai metode ilmiah. Metode ini baru diterapkan luas pada abad ke-17. Sebelum itu, mengikuti Aristoteles, masalah sains cukup dipecahkan melalui proses berpikir tanpa disertai pembuktian langsung atas hasil proses berpikir itu.

Dalam metode ilmiah, semuanya hanya sebatas dugaan sebelum dapat dibuktikan lebih jauh. Hasil berpikir saja tidak akan mencukupi.

Melalaui metode ini, pengetahuan akan memiliki validitas lebih baik dan memperkecil peluang kesalahan. Ini menjelaskan, metode memperoleh pengetahuan juga akan menentukan derajat kesahihan atas pengetahuan itu.

Pengetahuan dapat diperoleh kebenarannya dari dua pendekatan, yaitu pendekatan non-ilmiah dan ilmiah.
Pada pendekatan non ilmiah ada beberapa pendekatan yakni akal sehat, intuisi, prasangka, penemuan dan coba-coba dan pikiran kritis.

  1. Akal sehat
Menurut Conant yang dikutip Kerlinger (1973, h. 3) akal sehat adalah serangkaian konsep dan bagian konseptual yang memuaskan untuk penggunaan praktis bagi kemanusiaan. Konsep merupakan kata yang dinyatakan abstrak dan dapat digeneralisasikan kepada hal-hal yang khusus. Akal sehat ini dapat menunjukan hal yang benar, walaupun disisi lainnya dapat pula menyesatkan.

  1. Intuisi
Intuisi adalah penilaian terhadap suatu pengetahuan yang cukup cepat dan berjalan dengan sendirinya. Biasanya didapat dengan cepat tanpa melalui proses yang panjang tanpa disadari. Dalam pendekatan ini tidak terdapat hal yang sistemik.

  1. Prasangka
Pengetahuan yang dicapai secara akal sehat biasanya diikuti dengan kepentingan orang yang melakukannya kemudian membuat orang mengumumkan hal yang khusus menjadi terlalu luas. Dan menyebabkan akal sehat ini berubah menjadi sebuah prasangka.

  1. Penemuan coba-coba
Pengetahuan yang ditemukan dengan pendekatan ini tidak terkontrol dan tidak pasti. Diawali dengan usaha coba-coba atau dapat dikatakan trial and error. Dilakukan dengan tidak kesengajaan yang menghasilkan sebuah pengetahuan dan setiap cara pemecahan masalahnya tidak selalu sama. Sebagai contoh seorang anak yang mencoba meraba-raba dinding kemudian tidak sengaja menekan saklar lampu dan lampu itu menyala kemudian anak tersebut terperangah akan hal yang ditemukannya. Dan anak tersebut pun mengulangi hal yang tadi ia lakukan hingga ia mendapatkan jawaban yang pasti akan hal tersebut.


  1. Pikiran Kritis
Pikiran kritis ini biasa didapat dari orang yang sudah mengenyam pendidikan formal yang tinggi sehingga banyak dipercaya benar oleh orang lain, walaupun tidak semuanya benar karena pendapat tersebut tidak semuanya melalui percobaan yang pasti, terkadang pendapatnya hanya didapatkan melalui pikiran yang logis.


Bagaimana manusia bisa begitu mudah menerima mitos karena akibat
keterbatasan penalaran?
Mitos ini timbul disebabkan antara lain karena keterbatasan alat indera manusia.Misalnya :
1) Penglihatan :
Banyak benda-benda bergerak begitu cepat sehingga tak tampak oleh mata. Mata tak dapat membedakan seluruh gambar yang berbeda dalam satu detik. Mata tak mampu melihat partikel atau jauhnya benda.
2) Pendengaran :
Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi dari 30 sampai dengan 30.000 perdetik. Getaran dibawah 30 atau di atas 30.000 perdetik tak terdengar.
3) Bau dan rasa :
Bau dan rasa tidak dapat dipastikan benda yang dikecap maupun diciumnya. Manusia hanya bisa membedakan empat jenis rasa, yaitu : rasa manis, masam, asin, dan pahit.
Bau seperti parfum dan bau-bauan yang lain dapat dikenal oleh hidung kita jika konsentrasinya di udara lebih dari 1/10 juta dari udara. Bau dapat membedakan satu benda dengan benda yang lain, namun tidak semua orang bisa melakukannya.
4) Alat perasa :
Alat perasa pada kulit manusia dapat membedakan panas atau dingin, namun sangat relatif, sehingga tidak dapat dipakai sebagai alat observasi yang tepat.
Alat-alat indera tersebut di atas sangat berbeda antara manusia : ada yang sangat tajam penglihatannya ada yang tidak. Demikian pula ada yang tajam penciumannya ada yang lemah. akibat dari keterbatasan alat indera kita maka mungkin timbul salah informasi, salah tafsir dan salah pemikiran.
Untuk meningkatkan ketepatan alat indera tersebut dapat juga orang dilatih untuk itu, tapi tetap sangat terbatas. Usaha-usaha lain adalah menciptakan alat, meskipun alat yang diciptakan ini masih mengalami kesalahan. Pengulangan pengamatan dengan berbagai cara dapat mengurangi kesalahan pengamatan tersebut.
Jadi mitos ini dapat diterima oleh masyarakat pada masa itu karena :
a) Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan karena keterbatasan penginderaan baik langsung maupun dengan alat.
b) Keterbatasan penalaran.
c) Hasrat ingin tahunya terpenuhi.

    Hasrat ingin tahunya berkembang terus dan mitos merupakan jawaban yang paling memuaskan pada masa itu. Puncak hasil pemikiran seperti itu yaitu pada zaman Babylonia ±700-600 SM. Alam semesta menurut pendapat mereka waktu itu adalah berupa suatu ruangan atau selungkup. Bumi datar sebagai lantainya dan langit-langit melengkung di atas sebagai atapnya. Bintang-bintang, matahari dan bulan menempel dan bergerak pada permukaan dalam langit. Pada atap ada semacam jendela dimana air hujan dapat sampai ke bumi.

Metode ilmiah
     Metode ilmiah sangat dibutuhkan dalam pembuatan karya-karya ilmiah. Karena dalam penelitian ilmiah,kita harus mengetahui apa metode yang kita gunakan dalam penelitian tersebut. Disini saya akan membahas seputar metode ilmiah tersebut, cara membedakan antara pengetahuan yang ilmiah dan yang tidak, keunggulan dan keterbatasan serta peranan metode ilmiah tersebut.

MEMBEDAKAN CARA MEMPEROLEH PENGETAHUAN TIDAK ILMIAH DAN ILMIAH
Pengetahuan tidak ilmiah adalah ilmu yang diperoleh dan dikembangkan secara sistematik terhadap kemampuan diri manusia ataupun terhadap ide di dalam pikiran manusia secara deduktif dan analitik. Misalnya, pencak silat, bela diri, kebatinan, matematika, dan sebagainya.
  Sedangkan, pengetahuan ilmiah adalah ilmu yang diperoleh dan dikembangkan dengan mengolah atau memikirkan realita yang berasal dari luar diri manusia secara ilmiah, yakni dengan menerapkan metode ilmiah. Mialnya, kumpulan pengetahuan mengenai suatu hal tertentu (objek/lapangan) yang merupakan kesatuan yang sistematis dan memberikan penjelasan yang sistematis dan memberikan penjelasan yang sistematis yang dapat dipertanggung jawabkan dengan menunjukan sebab-sebab hal/kejadian itu. Oleh karena itu cara memperoleh pengetahuan dan cara memperoleh pengetahuan ilmiah atau sains sudah jelas berbeda.
 Langkah-langkah operasional metode ilmiah
Perumusan masalahyang dimaksud dengan masalah disini adalah merupakan pertanyaan apa,mengapa,ataupun bagaimana tentang objek yang diteliti;

Penyusunan hipotesisyang dimaksud dengan hipotesis adalah suatu pernyataan yang menunjukkan kemungkinan-kemungkinan jawaban untuk memecahkan masalah yang di tetapkan. Dengan kata lain hipotesis merupakan dugaan yang tentu saja di dukung oleh pengetahuan yang ada. Hipotesis juga dapat di pandang sebagai jawaban sementara dari permasalahan yang harus di uji kebenarannya dalam suatu observasi atau ekperimentasi.

Pengujian hipotesis     : yaitu berbagai usaha pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang telah di ajukan untuk dapat memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak. fakta-fakta ini dapat di peroleh melalui pengamatan langsung dengan mata atau teleskop atau dapat juga melalui uji coba atau ekperimentasi. kemudian fakta-fakta itu dikumpulkan melalui pengindraan.

Penarikan kesimpulan : Penarikan kesimpilan ini didasarkan atas penilaian melalui analisis dari fakta-fakta. Untuk melihat untuk apakah hipotesis yang di ajukan itu di terima atau tidak. Hipotesis itu dapat diterima apa bila fakta-fakta yang terkumpul itu mendukung pernyataan hipotesis. Bila fakta-fakta tidak mendukung maka hipotesis itu di tolak. Hipotesis yang diterima merupakan suatu pengetahuan yang kebenarannya telah diuji secara ilmiah dan merupkan bagian dari ilmu pengetahuan
Keterbatasan metode ilmiah :

a.metode ilmiah bersifat tentatif yaitu sebelum ada kebenaran ilmu yang dapat menolak kesimpulan maka kesimpulan dianggap benar. tetapi kesimpulan ilmiah bisa berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
b.metode ilmiah tidak dapat membuat kesimpulan tentang baik buruk sistem nilai dan juga tidak dapat 






















Tidak ada komentar:

Posting Komentar